Hakikat Dosa dan Ujian Dalam
Kehidupan
Kita semua pasti mempunyai dosa, iya lah, ngaku aja. Baik itu jika dihitumg dengan matematika, besar dan kecil, banyak dan sedikit ataupun sengaja tidaknya. Dosa adalah perbuatan yangg melanggar hukum Tuhan atau agama. Nah, masing-masing individu tentunya tidak asing dengan berbagai dan bagian dari dosa mikro maupun yang makro. Dapat dipastikan pula, terkadang dengan entengnya kita mengandalkan hadis berikut:
“Manusia tempatnya salah dan lupa” atau “Manusia tidak ada yang sempura”
Its, okay pintar sekali kita meminjam argumen itu. Memang benar adanya hadis atau ungkapan tersebut. Namun, ada suatu hal harus kita bahas di artkel kali ini. Bagaimana kita menyikapi sikap kehinaan manusia dihadapan ilahi?.
Masalah ini perlu diperjelas agar tidak ada kontradiksi Antara kewajiban patuh kepadaNya dan tabiat dasa manusia yang tidak bias lepas dari salah dan dosa. Agar tidak terjadi benturan Antara kenyataan bahwa manusia sering melakukan kekelirua n yang disengaja maupun tidak dengan tuntutan untuk taat kepada-Nya.
Kita ambil semisal pekerjaan yang dikerjakan leh penerbit ketika meneliti huruf perhuruf, kata perkata, sebelum menjadikan sebuah buku terbitan. Dalam penelitian perdana mungkin banyak sekali kekeliruan dan kesalahan. Hari berlanjut, kemudian kesalahan itu semakin berkurang, atau bahkan tidak ada lagi dalam terbitan-terbitan berikutnya. Tentu, para pekerja pada penerbitan itu tidak menginginkan banyaknya kecacatan dalam produksinya. Untuk itu, mereka dengan gigih meneliti dan mengedit huruf demi huruf untuk menghasilkan yang terbaik. Kendati demikian, manusia yag memiliki kemampuan terbatas, kesalahan tetap saja tak terhindarkan.
Contoh lagi, seorang tukang jahit.
Seorang pelanggan datang kepadanya di sebuah kompleks. Meminntanya menjahitkan kain yang kita bawa sesuai kriteria yang diinginkan. Mulailah, si penjahit tersebut mengukur tubuh si pelanggan tadi. Diawali dari tangannya sampai ke bagian tubuh yang lain. Tak pelak, sang penjahit perlu mengukur ke 2 kali agar bisa menciptakan hasil yang cocok dan sang penjahit bersungguh sungguh menjahitkan baju bagi si pelanggan. Dengan ketelatenan dan ketelitian di mulai mengukur, memotong, dan melakukan penyambungan kain agar diperoleh pakaian yang sesuai. Namun, demikian dalam ukuran tinggi rendahnya atau luas sempinya pakaian yang dibuat, tetap saja ada beberapa kesalahan kecil, yang memaksa si tukang jahit mengulangi pengukuran sehingga menghasilkan pakaian yang sesuai dengan harapan si pelanggan tadi.
Kesalahan-kesalahan tadi terjadi karena keteledoran manusia. Kesalahan tadi, sering terjadi karena tidak sengaja dan sama sekali tidak diharapkan.
Gimana, kalau semisal kita jahit pakaiannya sesuai kehendak kita. Asal saja mengukur dan menjahit. Ga kebayang bagaimana kekecewaan customer nantinya. Kepercayaan yang sudah diberikan dirusak dengan sekenanya. Tidak lagi ada etika didalamnya.
Oke, lanjut,,
Pada dasarnya, perlu ditekankan pada dasarnya seorang muslim sejati tidak ingin bermaksiat kepada Allah, tidak rela melakukannya. Kalaulah sesekalu terjerumus, ia takkan berlama-lama didalamnya. Bahkan saking kesalnya ia berbuat kesalahan, ia akan menganggapnya sebagai musibah yang harus dihindari. Bolehlah, kita melakukan kesalahan yang tidak disengaja, namun bagaimana kalau sampai berkali kali dan terus menerus?
Bukan kasih sayang Allah yang datang, melainkan murkaNya yang malah kita dapat sebagai bentuk teguran:
Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan “Kami beriman”, dan mereka tidak diuji?” Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti akan mengetahui orang-orang yang benar (dengan keimanannya) dan orang-orang yang berdusta. (QS. Al-Ankabut 1-3)
Setiap orang telah Allah siapkan ujian baginya, ujian itu berbeda-beda, bisa melalui bencana alam, kecelakaan, kehilangan orang yang disayang, kehilangan harta benda dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sudah depatutnya kita untuk senantiasa berzikir kepaada Allah dan momohon ampun atas segala kekeliruan yang sudah diperbuat.
Wallahu a’lam bisshowab
Tulisan ini dibuat untuk merefleksi kadar rohani teman-teman sekalian.
Santri Patriot Panji Pelopor
Santri Patriot Panji Pelopor adalah asrama tempat penulis menjelajahi dunia dari pikirannya. terletak di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, yang merupakan asrama khusus penerima beasiswa Universitas Nurul Jadid
Pantun
pergi ke kebun memetik sukun Semua sukun ada delapan Jadilah anak yang tekun Itulah jalan menuju masa depan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar